Cafebahasaku.com
BLOGG INI MERUPAKAN SARANA SEBAGAI MEDIASI UNTUK MENAMPUNG SEGALA KREATIVITAS ANAK BANGSA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
Minggu, 09 Agustus 2020
Kembali Mengudara Demi Anak Bangsa
Guru sebagai Motor Penggerak dalam Pembelajaran Daring
Dalam
rangka menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran luring dalam waktu dekat
ini, para guru di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur akan
menjalani Rapid Test yang akan dilaksanakan di awal Agustus 2020.
Wacana
akan dibukanya kembali pembelajaran tatap muka (Luring) muncul opini orang tua
murid pada salah satu setasiun radio di Surabaya "Anakku gak bakalan bodoh
meskipun berhenti sekolah selama dua tahun, kesehatan dan keselamatan jiwanya
lebih saya utamakan ketimbang mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah"
opini tersebut merupakan salah satu kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan
jiwa anaknya saat mengikuti pembelajaran luring di masa pandemic seperti ini. Berlawanan
dengan opini tersebut tanggapan positif juga muncul seperti: sebaiknya sekolah
cepat dibuka kembali karena anak-anak mereka sudah terlihat bosan, orang tua
merasa kuwalahan mendampingi anaknya belajar karena tidakmenguasai materi
pelajaran, orang tua keberatan dengan biaya untuk membeli kuota internet serta
masih banyak lagi alasan yang muncul di antara mereka.
Dengan
rencana dibukanya Kembali sekolah diperlukan kesiapan sarana dan prasarana
serta protokol kesehatan dari masing-masing sekolah, rupanya opini tersebut
juga masuk pertimbangan Mas Menteri dalam memutuskan dibuka tidaknya
pembelajaran Luring yang akan digelar dalam waktu dekat. Seberapapun kesiapan
sekolah dan seluruh stakeholder-nya belum tentu dapat
melaksanakan proses pembelajaran luring jika orang tua tidak mengizinkan
anaknya untuk mengikuti pembelajaran tatap muka. Berdasarkan stigma
negatif semacam itulah keberadaan pembelajaran Daring (dalam jaringan)
masih sangat dibutuhkan baik oleh pihak sekolah, peserta didik maupun pihak
keluarga. Perlu diketahui oleh para pendidik dan orang tua agar memahami
bahwa keterampilan-keterampilan di bidang teknologi digital serta computerisasi
dibutuhkan untuk dikembangkan dalam diri para peserta didik dalam menghadapi
tantangan di abad ke-21 ini, maka model pembelajaran dapat diarahkan agar
bermuara ke sana.
Sebenarnya
pembelajaran dengan sistim daring ini diselaraskan dengan 4 pilar pendidikan
yang disusun oleh UNESCO, yaitu Learning to Know (belajar
untuk mengetahui), Learning to Do (belajar untuk melakukan
sesuatu), Learning to Be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan Learning
to Live Together (belajar untuk hidup bersama), maka saat ini adalah
kesempatan paling tepat untuk mengatur ulang arah dunia pendidikan kita. Dunia
pendidikan harus kembali mengajarkan cara belajar (Learning How to Learn),
bukan Learning What to Learn (belajar tentang sesuatu). Oleh karena
itu saat ini guru dituntut aktif kreatif serta inovatif untuk memfasilitasi dan
mengarahkan peserta didik untuk mencari tahu sendiri melalui internet tentang
apa yang harus dipelajari saat itu. Bukan guru memberi tahu tentang apa yang
dipelajari saat itu. Guru tinggal mengarahkan agar peserta didik dapat mencari
sumber informasi yang akurat bukan sekedar informasi atau mungkin terjebak
dalam informasi yang bersifat hoax serta diperoleh dari sumber yang tidak
jelas.
Dengan demikian
adanya internet peserta didik dapat belajar untuk tahu, belajar untuk
melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama
dengan pendekatan yang sangat berbeda di masa pra internet di mana guru menjadi
satu-satunya sumber belajar. Kondisi seprti inilah diharapkan peserta didik
dapat merasakan sebuah kemerdekaan belajar sehingga mereka merasa enjoy dan Bahagia
dalam belajar, bukan malah sebaliknya merasa tertekan dan terbebani. Yang perlu
dicatat oleh para guru bahwa pembelajaran dengan sisitim daring ini bukan untuk
mengejar ketercapaian kompetensi sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Oleh karena
itu, para guru harus dapat menciptakan suasana belajar Daring yang menyenangkan
bagi para peserta didik, salah satu contoh peserta didik tingkat SD dapat
tugas melakukan praktik senam sederhana dengan hitungan pakai Bahasa Inggris
dan dilaporkan oleh orang tuanya dalam bentuk video.
Dalam
daring guru harus memberikan solusi yang memiliki landasan teori yang kuat dan
bukan sekedar ide liar; di sinilah letak peserta didik akan belajar mencari
tahu. Solusi tersebut harus dikerjakan secara kelompok walaupun tidak bertemu
tatap muka. Solusi yang ditawarkan harus dipresentasikan dalam bentuk video dan
diunggah ke media sosial seperti Youtube, Facebook, Linkedin, Line,
ataupun yang lain. Penilaian akan berdasarkan jumlah views (berapa
kali ditonton), berapa jempol (like), dan berapa banyak
komentar/interaksi yang muncul dari unggahan tersebut. Pembelajaran seperti
inilah nantinya akan meninggalkan jejak yang tak akan pernah hilang sehingga
mereka akan merasa bangga dengan karyanya yang dapat dibaca, disaksikan bahkan
dapat dinikmati oleh orang banyak jika mungkin dapat diakses tingkat
international.
Semoga
tulisan ini dapat membagikan sedikit trik mengajar yang dapat dijadikan variasi mengajar secara Daring
dalam situasi Pandemi Covid-19 yang kita semua belum dapat mengetahui ketahui kapan
akan berakhir.