Berkah Ramadhan di Sepuluh Hari
Terakhir di Masa Pandemi
ditulis oleh : Denny Sofiastuti,M.Pd. (
Guru SMAN 21 Surabaya)
Bulan Ramadhan tahun ini jauh berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya.
Ujian
berat kita hadapi bersama dengan seluruh penduduk di penjuru dunia, yaitu
memerangi wabah Covid-19 dalam kondisi berpuasa. Karena kita berpuasa ini
didasari iman, maka seberat apa pun Alhamdulillah kita dapat melaluinya. Justru
kondisi Covid sangat mendukung pelaksanaan puasa Ramadhan jaditerasa lebih
khusyu'
Ramadhan
sudah akan meninggalkan kita esok hari. Padahal rasanya, ingin lebih lama lagi
bersamanya. Menghabiskan waktu untuk beribadah lebih banyak lagi. Pada sepuluh
hari terakhir ramadhan, umat muslim lebih tekun beribadah karena mereka
mengharapkan malam Lailatul Qodar. Meskipun berlalu beda dengan tahun
sebelumnya, sholat teraweh dilakukan di rumah masing-masing, terdengar lantunan
orang bertaddarus hingga tengah malam. Tidak ada i'tikaf di masjid dan di
musholah. Sebagai warga negara yang baik kaum muslim mematuhi anjuran
pemerintah sehingga masjid terasa sepi.
Saat ini masyarakat
tidak banyak melakukan pergerakan untuk menyambut datangnya hari raya idul
fitri, dengan pergi berbelanja. Mereka lebih banyak diam di rumah. Tidak
terdengar keributan pergi belanja ke toko, mall, atau pasar untuk beli baju
baru. Anak-anak tetanggapun tidak ada yang menangis minta dibelikan baju oleh
orang tuanya. Sepertinya anak- anak kecil ini juga sudah paham dengan situasi
di sekitarnya. Pastilah Orang tua mereka sudah memahamkan tentang adanya virus
yang mematikan itu, sehingga anak-anak itu juga takut untuk mengajak keluar
rumah. Sungguh pelajaran sangat berharga ternyata covid 19 juga manjur sebagai
alat orang tua untuk membujuk anak anaknya agar tidak rewel. Jadi covid 19 ini
pelan-pelan mengubah kebiasaan masyarakat untuk membeli baju baru untuk di
pakai pada hari raya.
Banyak yang berasumsi bahwa hari raya
itu hari yang suci, anggapan mereka, semuanya harus serba suci termasuk baju
baru, itu pun dianggap sebagai baju yang suci. Karena itu mesti harus beli yang
baru, padahal baju yang dibelinya lebaran tahun lalu masih utuh di lemari tidak
pernah dipakai. Itulah salah dalam memaknai kata suci. Trend memakai baju di
hari raya sebenarnya adalah ajang pamer baju, kecantikan, gengsi, juga kekayaan
pada keluarga dan handai tolan.
Fenomena lain di
akhir ramadhan di masyarakat adalah budaya tukar uang di bank atau jasa
pertukaran uang di jalan-jalan. Budaya ini ada karena adanya kebiasaan
unjung-unjung ke sanak family dan biasanya sambil bagi-bagi rejeki untuk para
keponakan dan sanak famili yang tua. Budaya tersebut saat lebaran kali ini jauh
berkurang dan mungkin tidak ada karena adanya anjuran untuk tidak berkunjung ke
rumah saudara atau tetangga secara berkerumun. Faktanya akan kita buktikan
besok ketika hari raya tiba.
Pelajaran lain
adalah agar manusia itu tidak melulu memikirkan dirinya sendiri, tetapi harus
mengingat adanya saudaranya yang masih membutuhkan uluran tangannya. Mereka tak
boleh egois dan serakah. Sangat memalukan dan tidak punya hati kalau di masa
yang sulit ini menutup mata pada keadaan sekitarnya, banyak orang yang
mengalami kesulitan hidup akibat bencana ini.