Cafebahasaku.com

SELAMAT DATANG !!!

BLOGG INI MERUPAKAN SARANA SEBAGAI MEDIASI UNTUK MENAMPUNG SEGALA KREATIVITAS ANAK BANGSA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

Sabtu, 07 Mei 2016

GURU  PEMBENTUK PERILAKU JUJUR


Guru Pembentuk Perilaku Jujur Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil, (Kemendiknas, 2010). Jujur adalah salah satu karakter yang akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak fihak yang ditujukan kepada pelaku proses pembelajaran di sekolah. Jujur adalah mata uang yang berlaku di mana-mana, barangkali itu adalah pepatah yang cocok untuk mengawali bahasan ini dan jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya. Jujur merupakan sifat yang terpuji.
Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Siapa yang berkewajiban membentuk perilaku jujur? Guru adalah sosok yang paling dominan membentuk karakter ini, karena guru adalah figur yang senantiasa dipatuhi para siswanya,oleh karena itu tidak terlalu berlebihan apabila guru punya kewajiban mutlak untuk terlibat membentuk perilaku jujur ini kepada siswa. Mengingat konteks pergaulan antara guru dan siswa hampir dikatakan setiap hari berlangsung, meskipun waktunya terbatas, jika dibanding dengan waktu siswa berada di luar sekolah. Mengapa guru harus terlibat? Karena melalui guru karakter kejujuran ini sangat mudah diterapkan melalui proses belajar mengajar di kelas maupun melalui contoh tauladan guru itu sendiri di hadapan murid-muridnya dalam pergaulannya sehari-hari. Sebenarnya selain guru orang tua harusnya merupakan pendidik yang pertama kali menanamkan sikap jujur pada anak keturunannya. Mengapa perilaku jujur ini perlu kita tanamkan pada siswa ? Perilaku jujur perlu ditanamkan dan dibentuk pada diri siswa karena dengan kejujuran itu kelak menjadi bekal siswa untuk hidup di masyarakat agar menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna bagi lingkungannya. Siswa yang sudah terbiasa dengan kejujuran, baik perlahan namun pasti memperoleh kesuksesan. Otomatis, seseorang yang punya sifat jujur pasti menjadi manusia yang baik dan sukses dimasa depannya, karena orang yang selalu berbuat kebenaran dan kejujuran, niscaya ucapan, perbuatan, dan keadaannya selalu menunjukkan hal tersebut. Allah telah memerintahkan Nabi untuk memohon kepada-Nya agar menjadikan setiap langkahnya berada di atas kebenaran sebagaimana firman Allah, “Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.” (QS. al-Isra’: 80) Kapan perilaku jujur ini mulai kita terapkan pada siswa? Sebaiknya menanamkan sikap jujur tidak harus menunggu anak mengenyam pendidikan di bangku sekolah, akan tetapi perilaku ini sudah mulai ditanamkan oleh orang tuanya di rumah sejak dini, sejak masa kanak-kanak . Tidak tepat apabila menanamkan kejujuran harus menunggu momen pelaksanaan UNAS, betapa kejujuran menjadi barang langka di dunia pendidikan kita. Semua dilakukan demi UN, seakan UN faktor tunggal mati – hidupnya siswa meretas masa depan. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan harus memiliki format yang jelas mengenai pendidikan karakter kejujuran.Sekolah harus memosisikan nilai kejujuran di atas nilai akademis. Mewujudkan UN jujur tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak hanya berhenti pada gerakan-gerakan atau ikrar-ikrar semata, tetapi yang justru lebih penting adalah membangun sikap kejujuran disegala lini dan sejak dini. Di mana kita dapat membetuk perilaku jujur ? Menanamkan perilaku jujur dapat kita lakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan oleh siapa saja. Dalam segala aktifitas sehari-hari kita harus dapat menerapkan perilaku jujur ini kepada anak-anak,dan kita sendiri yang harus menjadi tokoh sentral bagi anak untuk berbuat jujur. Semua itu dapat kita lakukan di rumah, maupun di lingkungan nonformal. Bagaimana kita dapat menanamkan dan membentuk perilaku jujur? Betapa kejujuran menjadi barang langka di dunia pendidikan kita saat ini.Penandatanganan serta ikrar tentang kejujuran semarak dilakukan demi UN, seakan UN faktor tunggal mati – hidupnya siswa meretas masa depan. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan harus memiliki format yang jelas mengenai pendidikan karakter kejujuran.Sekolah harus memosisikan nilai kejujuran di atas nilai akademis. Mewujudkan UN jujur tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak hanya berhenti pada gerakan-gerakan atau ikrar-ikrar semata, tetapi yang justru lebih penting adalah membangun sikap kejujuran disegala lini dan sejak dini, jangan menunggua saat menjelang UN saja. Namun belum banyak fakta mengenai sekolah atau dinas pendidikan yang memberikan reward atas nilai kejujuran. Perlu upaya persuasif dari pihak sekolah untuk menanamkan jiwa sportivitas kepada anak didik bahwa seberapa pun hasil UN-nya atau lulus – tidak lulusnya harus diterima dengan lapang dada. Semua itu buah dari kemampuan dan jerih payahnya. Uapaya memperoleh nilai akademis harus ditempuh dengan cara-cara yang bermartabat, bukan dengan kecurangan. Sementara dalam keluarga, penanaman sikap jujur dapat dilakukan melalui tauladan dari orang tuanya, misalnya sejak kecil pada masa pra balita atau dalam masa balita biasakan anak dalam bertutur kata hendaklah diawali dengan kejujuran,dan melalui gambar-gambar, film atau contoh-contoh sederhana yang menunjukkan sebab akibat dari perilaku jujur serta dampak yang ditimbulkannya. Jangan sekali-kali orang tua membohongi anak, sekali kita bohong pada anak berarti kita sudah menanamkan perilaku tidak jujur pada anak. “ Prestasi itu penting bagi anak, tetapi kejujuran itu lebih penting bagi kehidupan anak di masa datang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar