Cafebahasaku.com

SELAMAT DATANG !!!

BLOGG INI MERUPAKAN SARANA SEBAGAI MEDIASI UNTUK MENAMPUNG SEGALA KREATIVITAS ANAK BANGSA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

Minggu, 30 Juni 2019

“ Baca dan Langsung Kerjakan adalah Format Sederhana Sekolah Kehidupan ”


Oleh: Denny Sofiastuti,M.Pd. 

               Bacalah dengan (menyebut) Tuhanmu yang menciptakan.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, Dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak diketahui. (Qs.Al’Alaq (96):1-5) Tatkala dilahirkan di dunia ini, tentu kita tidak bisa membaca. Illiterate, ‘ummi. Jangankan membaca,kala itu mulut kita hanya mampu menangis dan sebagian besar waktu kita habis untuk tidur. Lama-lama kita bisa memiringkan badan, tengkurap,merangkak, duduk, berdiri,berjalan,berlari, berbicara dan seterusnya.Semua itu berjalan kita anggap biasa dan mengalir secara alami.
Salah satu keterampilan yang kita miliki saat ini yang tiada tara nilainya adalah keterampilan membaca.Alangkah bodohnya kita bila di era seperti sekarang ini kita tidak bisa membaca? Yang patut kita tanyakan pada diri kita sendiri : proses latihan seperti apa dan dari mana Anda mendapatkan keterampilan membaca dan menulis? Mungkin ada yang mulai dari TK atau SD. Yang patut kita renungkan bahwa keterampilan membaca benar-benar membuka jendela dunia. Kita bisa memahami nama-nama benda, nama jalan, bisa berkomunikasi lewat sms, internet atau lewat media telekomunikasi modern apa saja tidak lepas dari keterampilan membaca. Itulah proses pembelajaran yang luar biasa yang boleh dianggap proses pembelajaran yang berhasil dan benar-benar patut kita syukuri. Sebelum itu kita adalah manusia yang buta aksara, buta informasi, tidak bias memahami isibuku, tidak bisa memahami berita dari Koran majalah atau media komunikasi yang lain, tidak bias mencatat nomor telepon ,alamat teman . Pokoknya kita berada dalam alam kegelapan. Bagaimana bentuk rasa syukur kita ? Di sinilah kita wajib mensyukuri nikmat Allah ini dengan jalan meningkatkan mutu dan minat baca yang sudah kita miliki agar tidak terbuang sia-sia sehingga kita menjadi manusia bodoh karena kita tidak bisa berkembang karena ketinggalan informasi. Salah satu wujud syukuri yang lain adalah dengan jalan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mulai dari TK, kita ke SD,lalu ke SMP ke SMA dan seterusnya. Semua itu tidak lepas dari keterampilan membaca dan menulis yang terus kita asah di dunia formal, sedangkan di dunia nonformal kita bias lakukan dengan memperbanyak konsumsi buku setiap kali ada waktu luang. Yang perlu diberantas di kalangan masyarakat saat ini adalah kebiasaan ngerumpi ketika ada waktu senggang. Ngerumpi saat ini tidak hanya dilakukan oleh ibu-ibu atau kaum wanita saja.Bapak-bapak atau kaum adam sekalipun saat ini hobi juga ikutan negrumpi. Di sekolah, di kantor di kampung, di warung, di kafe atau di mana saja kita banyak melihat orang-orang lagi ngerumpi bukan membaca.Kebiasaan buruk itu sudah saatnya kita ikut berantas !! Bukan hanya narkoba saja, bukan hanya kebiasaan merokok saja. Kita arahkan sekarang pada kebiasaan membaca. Pembinaan dan peningkatan mutu minat baca masyarakat khusunya di Bojonegoro merupakan paradigma yang perlu mendapatkan perhatian serius. Hal ini disebabkan oleh adanya keprihatinan bahwa bangsa Indonesia menduduki peringkat yang bisa dikategorikan sebagai zona degradasi dalam hal pengembangan minat baca bagi masyarakatnya. Salah satu indikator rendahnya minat baca masyarakat dapat dihitung dari jumlah buku yang diterbitkan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah penerbitan buku di Indonesia masih jauh dibawah penerbitan buku di negara-negara berkembang seperti Malaysia, India atau negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman. Berdasarkan cuplikan survei yang dilakukan oleh lembaga survei baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri menunjukkan bahwa bangsa Indonesia masih rendah baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas minat untuk membaca dikalangan masyarakat. Adapun beberapa laporan hasil survei maupun hasil studi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Laporan International Association for Evaluation of Educational dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29 setingkat di atas Venezuela. Peta di atas relevan dengan hasil studi dari Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan “Education in Indonesia from Crisis to Recovery” tahun 1998, hasil studi tersebut menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI sekolah dasar di Indonesia, hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7% setelah Filipina yang memperoleh 52,6% dan Thailand dengan nilai 65,1% serta Singapura dengan nilai 74,0% dan Hongkong yang memperoleh 75,5%. 2. Hasil survei UNESCO menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia menempati urutan 27 dari 32 negara. 3. Hasil survei yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional menyatakan, sebanyak 57 persen pembaca dinilai sekadar membaca, tanpa memahami dan menghayati apa yang dibacanya. 4. Statistik yang dikeluarkan UNICEF didalam beberapa dasawarsa terakhir masih saja menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang penduduknya dalam mengkonsumsi bacaan, baik berupa koran, majalah, maupun buku, tergolong relatif sedikit.(Wasil Abu Ali) 5. Berdasarkan laporan UNDP dalam (Human Development Report) bahwa Indeks Pembangunan Manusia(Human Development Indeks–HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukan bahwa pembangunan manusia di Indonesia menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia. Sedangkan Vietnam menempati urutan ke 109 padahal negara itu baru saja keluar dari konflik politik yang cukup besar, namun Vietnam lebih yakin bahwa dengan membangun manusianya sebagai prioritas terdepan akan mampu mengejar ketertinggalan yang selama ini mereka alami. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menunjukan, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%). (sumber:www.bps.go.id). Melihat beberapa hasil survei maupun hasil studi di atas menunjukkan budaya membaca (reading culture) belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa kita. Hal ini sangat disayangkan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan modernisasi dan derasnya arus globalisasi semakin membawa manusia ke dalam dimensi kehidupan yang semakin canggih atau sering di kenal dengan era dunia tanpa batas. Jika hal ini tidak disikapi sejak dini maka bangsa Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lain dalam hal pengembangan dan peningkatan kualitas minat baca di kalangan masyarakatnya. Sebagai upaya antisipatif terhadap realita diatas adalah perlu adanya peningkatan terhadap mutu minat baca masyarakat baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Hal ini disebabkan karena budaya membaca merupakan sebuah sarana untuk menguak cakrawala pengetahuan. Membaca sangatlah penting bagi mereka yang ingin cerdas. Perintah untuk membaca merupakan perintah yang dititahkan Tuhan semesta alam di dalam Al-qur’an (Q.S. al-’Alaq: 1-5). Kenapa harus membaca yang pertama? Karena membaca merupakan kemampuan yang pertama dan utama yang dpat mendukung kemampuan di bidang lainnya.Karena membaca mampu memberikan kemampuan bagi kita untuk memahami suatu informasi lebih baik dari pada hanya mendengarkan. Dari buku banyak hal yang bisa kita dapatkan. Informasi dari buku lebih banyak dari yang bisa kita dapat dari hanya mendengarkan penjelasan pengajar. Terlebih informasi dari buku juga lebih akurat dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sayangnya rakyat Indonesia lebih senang mendapatkan informasi dengan cara yang lebih mudah yakni melalui televisi atau radio dari pada membaca. Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006 menyatakan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%). Manfaat Membaca Membaca memang besar manfaatnya, namun budaya baca di kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat Indonesia belumlah mengakar sebagai sebuah kebutuhan. Oleh karena itu perlu adanya proses pembudayaan membaca. Menurut Yuniarto:2001 mengatakan bahwa, kegiatan pembudayaan membaca merupakan sebuah proses panjang dan bukannya sesuatu yang instan. Oleh sebab itu diperlukan proses dalam memperbaiki kualitas minat baca di kalangan masyarakat Indonesia khususnya pemuda sebagai generasi penerus bangsa Dengan membaca berarti kita menambah wawasan. Membaca bukan saja hanya dengan objek buku, tetapi banyak segi yang harus kita baca dalam arus hidup ini. Dinamika kelompok, fenomena-fenomena alam, nuansa politik dan bidang lainnya juga harus menjadi objek bacaan. Membaca bukan saja dalam pengertian yang umum, tetapi membaca alam secara seksama menjadi keharusan dalam menuju kahidupan yang lebih baik. Mari dengan membaca kita cerdaskan masyarakat bangsa ini dari kebodohan dan kemiskinan. Budaya membaca tidak hanya diperuntukkan bagi generasi muda saja, tetapi seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas. Membaca buku dapat menciptakan semacam lapisan penyangga yang melindungi otak. Hal ini dibuktikan dengan meneliti struktur otak 320 orang berusia 66 – 99 tahun yang tidak terkena demensia. Oleh sebab itu membaca buku selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan juga memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia yaitu mengurangi resiko terserang penyakit demensia atau pikun. Betapapun besarnya manfaat dari membaca buku, jika masyarakatnya kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya membaca buku, maka terciptanya suatu peradaban yang lebih baik menjadi suatu keniscayaan. Berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO), minat baca penduduk Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia. Indonesia tampaknya harus banyak belajar dari negara-negara maju yang memiliki tradisi membaca cukup tinggi. Jepang, Amerika, Jerman, dan negara maju lainnya yang masyarakatnya punya tradisi membaca buku, begitu pesat peradabannya. Masyarakat negara tersebut sudah menjadikan buku sebagai sahabat yang menemani mereka kemana pun mereka pergi, ketika antre membeli karcis, menunggu kereta, di dalam bus, mereka manfaatkan waktu dengan kegiatan produktif yakni membaca buku. Di Indonesia kebiasaan seperti ini belum tampak. Menumbuhkan kebiasaan membaca harus dikembangkan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Pepatah Inggris mengatakan “we first make our habits, then our habits make us”. Sebuah watak akan muncul, bila kita membentuk kebiasaan terlebih dahulu. Artinya, kegemaran membaca buku akan timbul, jika membiasakan diri membaca dalam setiap aktivitas sehari-hari. Membaca buku menjadi alternatif untuk bisa menjadi terpelajar layaknya orang yang mengikuti pendidikan formal. Banyak tokoh dan cendikiawan tak sempat mengenyam pendidikan formal sampai jenjang perguruan tinggi akan tetapi mereka menggantinya dengan membaca buku. Orang-orang yang berpengaruh di Indonesia pada masa lalu, ternyata di dalam kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari peran buku. Adam Malik, misalnya, salah seorang yang perkembangan intelektualnya dibesarkan oleh buku-buku yang dipinjamnya dari perpustakaan keliling, tanpa harus mengikuti pendidikan formal. Jadi, tidak ada alasan tidak bisa menjadi orang terpelajar karena tidak bisa mengikuti pendidikan formal. Tentu akan lebih baik jika dapat menempuh pendidikan formal yang cukup tinggi dan dibarengi dengan kegemaran membaca buku. Kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan formal sampai jenjang perguruan tinggi jika dibarengi dengan kegemaran membaca buku tentu akan menghasilkan out put yang berkualitas. Kelak out put tersebut dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Kemudian tokoh melayu yang bernamaHamka merupakan sosok seorang cendekiawan yang mempunyai kepiawaian dalam berfikir dalam menggali nilai-nilai keislaman. Yang mana Hamka adalah orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Pembelajaran yang dia lakukan sifatnya otodidak akan tetapi pemikirannya mampu diterima kalangan masyarakat itu semua dia peroleh dari kegemarannya dalam membaca buku. Sayangnya, kini kita dihadapkan pada kenyataan yang sangat memprihatinkan. Di kalangan pelajar secara formal minat bacanya kurang, ini terbukti dari hasil survey pada perpustakaan di sekolah yang menunjukkan minimnya tingkat kunjungan siswa ke perpustakaan.Bahkan petugas perpustakaan dapat dengan santainya ngobrol sambilnonton TV karena tidak ada kesibukan melayani pengunjung perpustakaan. Kunjungan siswa ke perpustakaan terjadi ketika guru memberikan tugas yang harus diselesaikan dengan meminjam buku di perpustakaan saja. Di luar itu tidak akan mungkin siswa masuk ruang perpustakaan lagi. Hal serupa juga terjadi di kalangan mahasiswa, yang secara formal merupakan golongan terpelajar, justru dihinggapi penyakit malas membaca. Minat baca buku di kalangan mahasiswa, harus diakui masih rendah. Mereka masih mengandalkan peran dosen dalam menerima ilmu. Minim sekali mahasiswa yang memiliki keinginan kuat untuk memperdalam ilmunya dengan mencari dan membaca langsung buku-buku sumbernya. Budayawan Emha Ainun Nadjib dalam bukunya “Negeri yang Malam” (Tinta, 2002) buah tangan Agus Ahmad Safei mengatakan, kutu-kutu lebih rajin membaca buku dibanding mahasiswa, juga dosen-dosennya. Perpustakaan bekerja amat santai, bahkan ada hari ketika perpustakaan nganggur sama sekali. Mahasiswa hanya menjadi konsumen komoditas eceran di pasar ilmu. Waktu ke pasar, mereka cukup membawa kantung telinga, otaknya disimpan di dalam almari besi. Ungkapan ini sangat kontras dengan realita yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya perbaikan untuk menumbuhkan kembali semangat minat baca sekaligus budaya membaca dikalangan masyarakat Indonesia. Dengan mengembangkan budaya membaca bagi masyarakat Indonesia diharapkan mampu mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang akan membawa perubahan bagi segenap aspek kehidupan masyarakat. Dengan membaca akan membuka cakrawala dunia. membaca merupakan gudang ilmu pengetahuan jika hal yang diperoleh dari membaca diamalkan didalam kehidupan bermasyarakat niscaya Tuhan akan menghitungnya sebagai amal ibadah yang terus mengalir. Disisi lain bahwa kegemaran membaca memberikan efek positif bagi kesehatan yaitu mencegah terserangnya penyakit demensia atau kepikunan dini. Oleh karena itu budaya membaca (reading culture) seyogyanya dapat dijadikan gaya hidup (life style) dan merupakan kebutuhan bagi kalangan muda dan masyarakat Indonesia. Terciptanya budaya membaca yang kuat dikalangan masyarakat Indonesia akan mampu membentuk dan membangun generasi muda Indonesia yang cerdas dan berkualitas baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Sebagai pelajar atau mahasiswa membaca menjadi kebutuhan primer. Walau banyak pelajar berpendapat bahwa membaca itu sulit dan membosankan. Namun kita tetap perlu membudayakannya demi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia nantinya. Jika kita sudah berumur 19 tahun dan belum memiliki gairah untuk membaca buku, maka mulailah membaca sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Cobalah untuk menabung uang saku kita setiap minggunya dan menggunakan tabungan tersebut untuk membeli buku baru setiap bulannya. Dan jika hal itu masih belum cukup, kita bisa membuat suatu perkumpulan yang bisa kita ajak bertukar koleksi buku. Dengan demikian buku bacaan kita bisa lebih variatif. Bahkan dengan adanya perkumpulan ini, kita akan memiliki teman untuk bertukar info tentang bacaan yang menarik dan bermanfaat. Dimulai dari buku-buku yang kita sukai, dapat menjadi awal kecintatan kita pada buku. Hal ini mudah untuk dilakukan jika semua pihak memiliki komitmen untuk melakukannya secara rutin. Tapi dampak yang dihasilkan akan dapat meningkatkan minat dan referensi bacaan kita. Dan setelah perkumpulan ini memiliki anggota yang banyak dan beragam, bisa dipertimbangkan untuk menyewa rumah dan digunakan sebagai perpustakaan bersama. Perpustakaan ini nantinya bisa digunakan untuk tempat berkumpul anggota. Maupun untuk menyelenggarakan acara bedah buku dan lainnya. Dan yang terpenting dari seluruh rangkaian ini adalah komitmen dan konsistensi untuk tetap melakukannya hingga membaca buku menjadi terasa menyenangkan. Sebagai pendidik saya merasa prihatin tatkala mengadakan tes keterampilan membaca cepat di sekolah. Pada kesempatan itulah kita bisa menyimpulkan bahwa tingkat kecepatan membaca murid-murid kita ini masih rendah kalau diukur secara standar kecepatan membaca. Bayangkan, siswa setingkat SMA masih banyak yang mempunyai tingkat kecepatan membaca di bawah 200 kpm ( 200 kata permenit) ini adalah akibat karena kurangnya kebiasaan membaca di kalangan remaja. Kebiasaan ini sudah terlanjur fatal karena sudah terkondisikan sejak SD sudah tidak pernah terkontrol oleh orang tua maupun guru di sekolah. Seharusnya para guru sudah mulai ngecek kecepatan membaca siswa-siswinya mulai dari SD kelas IV dengan mengadakan tes-tes kecepatan membaca dengan jalan memberikan bahan bacaan yang menarik minat baca siswanya dalam waktu-waktu tertentu atau saat ada moment-moment penting seperti saat Hari Pendidikan Nasional, Hari Anak Nasional, Hari Aksara, Hari Buku atau pada hari-hari penting lainnya. Peran serta orang tua juga tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan minat baca putra-putrinya di rumah. Hendqaknya para orang tua bisa mengkondisikan budaya membaca di rumah masing-masing dengan jalan memberi contoh kepada putra-putri bahwa orang tuanya juga suka membaca, baik membaca Koran, majalah,tabloid atau buku-buku agama. Hal ini bisa dilakukan pada saat putra-putrinya sedang belajar, sedangkan orang tuanya mendampinginya dengan kegiatan membaca. Atau pada saat-saat tertentu mengajak berkunjung di perpustakaan umum, atau toko buku meskipun di tokoitu hanya sekedar membeli alat tulis tapi anak-anak dibiasakan untuk melihat-lihat sambil sekilas membaca buku-buku yang sesuai dengan usia dan tingkat pendidikannya. Apa sudah cukup dengan membaca? Jawabnya “Tidak” Kunci sukses untuk menumbuhkan budaya membaca : “ Baca dan Langsung Kerjakan !” begitulah terjemahan dari ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Budaya yang dilakukan oleh para sahabat Nabi adalah tidak mau diajari ayat baru sebelum ayat yang telah diajarkan dikerjakan.Mengerjakan dan merasakan manfaatnya.Mengerjakan dan Merasakan hasilnya.Itulah format paling sederhana dalam sekolah kehidupan. Semoga dengan tulisan ini mampu menggugah semangat masyarakat khususnya kaum muda Bojonegoro dengan didukung oleh semua fihak dalam menumbuhkembangkan budaya membaca sebagai kebutuhan yang akan senantiasa memberikan dampak positif bagi setiap insan. Dengan demikian sudah selayaknya dimanifestasikan dalam bentuk rutinitas membaca dikalangan pemuda Indonesia dimanapun berada semisal di Perpustakaan, di rumah, di sekolah, dan tempat-tempat yang strategis untuk memberikan stimulus bagi terciptanya budaya membaca di masyarakat khususnya di kalangan muda Indonesia. Berawal dari sebuah ikhtiar, kesadaran, dan kepedulian baik secara individual maupun secara kolektif diharapka budaya membaca di kalngan masyarakat akan menjadi sebuah manuver yang ampuh sekaligus membuka wawasan generasi muda Indonesia menuju generasi pemimpin yang unggul dan berkualitas. Generasi yang unggul dan berwawasan luas akan senantiasa menumbuhkan jiwa kecintaan terhadap tanah air sehingga akan mampu mendobrak akar ketercerabutan budaya baca di masyarakat. Dengan membaca sehingga tumbuh jiwa kecintaan terhadap bumi pertiwi maka akan senantiasa membawa paradigma perubahan yang positif di masyarakat. Karena dengan membudayakan membaca banyak manfaat yang bisa di raih di dalamnya. Salah satunya adalah dengan kebiasaan membaca nantinya akan terwujud jiwa entrepreneur sejati yang tadinya terpendam secara spontanitas akan muncul dengan sendirinya, Paling tidak, dengan terbiasa membaca akan terbuka wawasan baru tentang jiwa berwira usaha melaluicontoh-contoh nyata yang bisa diekspos lewat dunia maya maupun di dunia nyata atau mungkin diekspos melalui tulisan-tulisan cantik oleh para penulis handal yang saat ini mulai bermunculan di negeri ini.Dengan membaca juga akan menumbuhkan semangat dan keterampilan menulis pada para maniak baca. Karena dengan seringnya membaca seseorang akan memperoleh banyak ide dan gagasan yang semakin lama semakin menumpuk dan pada saatnya nanti larinya akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Meskipun untuk mengembangkan keterampilan menulis perlu teknik dan pelatihan khusus, tidak mustahil bila di Indonesia bermunculan penulis-penulis otodidak dengan hasil karya yang tidak kalah hebat dibanding dengan penulis –penulis ternama. Mudah-mudahan dengan semakin meningkatnya minat baca masyarakat di Bojonegoro ini akan bermunculan penulis-penulis handal yang bisa berlaga di negeri ini … Amin. Daftar Pustaka Supriyono, Imam.2009.Guru Goblok Ketemu Murid Goblok.Surabaya: SNF Consulting Slamet,St.Y.2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia.Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) http:// www.bps.go.id BIODATA PENULIS Nama : Denny Sofiastuti Pekerjaan : Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Instansi : SMA Negeri 3 Bojonegoro Alamat : UD “ DELLA MANDIRI” Jl.Raya Dander Km 10 RT. 35 RW. 004 Kelurahan Dander Kabupaten Bojonegoro Kontak : sofiastuti.denny45@gmail.com dellamandiri.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar